top of page

APAKAH PENYAKIT ASMA BISA SEMBUH TOTAL ?

  • Gambar penulis: MRC FK UHO
    MRC FK UHO
  • 24 Mei 2019
  • 5 menit membaca

Oleh : Muhammad Rahmat Bastaman

Kajian Ilmiah Tematik Memperingati Hari Asma Sedunia



PENDAHULUAN

Penyakit Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari bahasa yunani yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperresponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan atau tanpa pengobatan.


Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Asma juga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti juga menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.


Selain itu, penyakit asma juga erat hubungannya dengan adanya berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan asma antara lain seperti genetik, atopi/riwayat alergi, hiperresponsif saluran napas, polusi udara, asap rokok, alergen didalam dan diluar ruangan, infeksi pernapasan, perubahan cuaca, makanan aditif, ekspresi emosi yang berlebihan, dan bau-bauan yang merangsang.


ISI

Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obatan asma bayak dikembangkan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian di dunia, maisng-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1%, dan asma 0,3%


Penyakit asma saat ini juga masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien mencapai 400 juta. Berdasarkan data di Amerika pada tahun 2009, 1 dari 12 orang (sekitar 25 juta,atau 8% dari populasi) menderita asma. Angka ini merupakan peningkatan dari prevalensi tahun 2001 yaitu 1 dari 14 (sekitar 20 juta, atau 7%).


Di Indonesia secara nasional prevalensi asma juga meningkat dari 4,2 % tahun 1995 menjadi 5,4 % tahun 2001. Kota Jakarta sendiri memiliki prevalensi gejala asma yang cukup besar yaitu 7,5 % pada tahun 2005. Masalahnya bukan sekedar kenaikan prevalensi semata, tetapi yang tidak kalah penting adalah dampak dari asma itu sendiri.5

Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas yang reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :

- bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

- gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.

- gejala timbul/memburuk di malam hari.

- respons terhadap pemberian bronkodilato


Pengobatan asma dapat dilakukan dengan tujuan utamanya yaitu untuk mencapai asma terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma jangka panjang adalah edukasi, obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.


LANTAS, APAKAH ASMA BISA SEMBUH TOTAL ??

Sulitnya mengobati asma membuat penderita terkadang merasa putus asa. Bahkan beberapa kasus kejadian bunuh diri dilakukan penderita asma yang frustrasi karena tak kunjung sembuh.Sudah banyak metode pengobatan asma yang diterapkan, namun belum satu pun yang menjamin penderitanya akan sembuh total. Asma bisa kambuh sewaktu waktu, dipicu alergen, asap rokok, atau asap kendaraan. Biasanya di kala kondisi tubuh penderita tidak fit.


Namun kini akar penyebab potensial asma berhasil diidentifikasi. Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Cardiff, Inggris, menemukan sebuah reseptor dalam jaringan saluran pernapasan yang menjadi aktif ketika ada alergen masuk ke sana. Dengan menggunakan obat-obatan antiasma yang sudah ada saat ini, reseptor yang disebut Calsium-sensing Receptor (CaSR) ini bisa dinonaktifkan dan mencegah timbulnya gejala asma.


Calsium-sensing Receptor (CaSR) adalah sebuah basa nukleotida guanin pertama yang telah diidentifikasi memiliki ion Ca2+. Sebagai ligan fisiologis. Fungsi utama dari reseptor CaSR adalah untuk mengontrol konsentrasi ion Ca2+ dengan cara mengatur regulasi hormon paratiroid yang disekresikan kelenjar paratiroid. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kadar reseptor CaSR ini meningkat pada penderita asthma yang aktif membuat saluran nafas menjadi hiperresponsif, bronkokonstriksi, dan inflamasi. Hal ini bisa dicegah dengan menggunakan obat salah satunya adalah nebulizer calcylitics.


Riset ini masih dalam tahap pengembangan, namun para penelitinya mengklaim cara pengobatan ini dapat menyembuhkan asma dalam lima tahun. Badan Kesehatan Dunia memperkirakan penderita asma di dunia mencapai 400 juta orang pada 2025 dan setengah dari jumlah itu menderita alergi makanan. Sementara berdasarkan data International Study of Asthma and Allergies in Childhood, prevalensi alergi pada anak meningkat,termasuk di Indonesia. Sebagai penyakit yang timbul akibat alergi, asma dapat ditangani secara medis.


Namun gejala alergi seringkali tidak dapat dikenali secara kasat mata. Meski demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kambuhnya asma:

1. Memahami penyakit asma yang diderita dan cara-cara untuk mengontrolnya.

2. Membuat dan mengikuti rencana aksi mengatasi asma. Rencana aksi ini bisa dibuat bersama-sama dengan dokter yang menangani, berisi instruksi-instruksi yang membantu pasien mengontrol asmanya.

3. Menggunakan obat-obatan yang sudah diresepkan dokter.

4. Mengenali dan mencoba menghindari hal-hal yang memicu kambuhnya asma. Namun jangan hindari berolahraga, meskipun bisa memicu asma. Berolahraga adalah bagian penting dari gaya hidup sehat. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai obat-obatan yang bisa digunakan untuk mendukung tubuh agar bisa tetap aktif.

5. Selalu amati gejala-gejala asma dan tingkat pengontrolannya.

6. Memeriksakan secara rutin asma yang diderita.


PENUTUP

Penyakit asma adalah proses inflamasi kronik reversibel yang menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperresponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, tak terkecuali di indonesia, dan diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.


Seiring perkembangan zaman, para peneliti berusaha untuk membuat formula ampuh untuk membuat asma bisa disembuhkan secara total dengan cara menonaktifkan reseptor CaSR yang menyebabkan kambuhnya asma. Namun penelitian ini masih terus dikembangkan sampai nanti hingga bisa diterapkan pada masyarakat. Hal ini sangat menarik untuk ditunggu perkembangannya, dan tentunya menjadi harapan kita bersama.




DAFTAR PUSTAKA

1. Global Initiative for Asthma (GINA). 2011. GINA Guidelines 2011. Diakses dari

2. Kemenkes RI. (2015). Infodatin, pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asma.pdf

3. Mangunnegoro, hadiarto. 2004. Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di

Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

4. Centers for Disease Control and Prevention. Asthma in the US. 2011 [cited 2019

May 02]; Available from: http://www.cdc.gov/ VitalSigns/pdf/2019-05-vitalsigns.pdf.

5. Sundaru H. 2005. Perbandingan prevalensi dan derajat asma antara daerah urban

dan rural pada siswa sekolah usia 13-14 tahun Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2005.

6. Kemenkes RI. (2016). Asma Bisa Sembuh Total Dalam Lima Tahun. [Artikel].

7. Fernandez, IL., Sarah, MS., Brennan, SC., Yarova PL,. Riccardi,D. 2015. The

Calcium-sensing receptor: one of a kind. Exp Physiol 100.12 (2015) pp 1392-1399: Cardiff University,UK.

 
 
 

Comentários


© 2023 by The Axis Group

  • Facebook
  • Twitter
  • YouTube
  • Instagram

Proudly created with wix.com

bottom of page